Senin, 04 Januari 2010

Keutamaan Sholat Tahajjud

Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.

Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)

Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .

Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )

Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 - Subuh )

Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad S

Sabtu, 02 Januari 2010

Asal dan pokok Iman adalah dalam Hati

Asal dan pokok iman adalah dalam hati. Artinya keimanan hati merupakan syarat sah dan benarnya keimanan. Keimanan hati disini bukan sebatas mengetahui dan membenarkan Allah dan Rasulnya (qaulul qolbi) semata, namun juga harus disertai dengan amalan- amalan hati yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, berserah diri dan bergantung kepadanya, takut dan berharap pada-Nya, mengikhlaskan niat seluruh ucapan dan perbuatan hanya untuk mencari ridho Allah.

Hal ini telah ditegaskan oleh banyak ayat Al quran dan Hadist, diantaranya: firmsn allah :

"akan tetapi allah menjadikan kalian mencintai iman dan dia menghiaskan iman di dalam hati kalian."(QS.Al-Hujarat[49]:7)

jika hatinya telah terisi dengan qaulul qalbi dan amalul qalbi niscaya akan menggerakan lisan dan anggota badannya untuk patuh melaksanakan perintah - perintah allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Iman didalam hati akan menggerakkan lisan untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang baik dan menggerakkan badan untuk melakukan amalan-amalan yang baik dan menjauhi amalan-amalan yang buruk. Hati yang telah melaksanakan qaulul qalbi dan 'amalul qalbi akan melahirkan amal-amal shalih. Keimanan dan keshalihan lisan dalam hati akan membangkitkan keimana dan keshalihan lisan dan anggota badan.

Buruknya amal lisan dan anggota badan menunjukan buruknya qaulul qalbi atau amalul qalbi dalam hati.

Begitu juga, kekafiran yang dilakukan oleh lisan dan anggota badan menunjukan tiadanya qaulul qalbi dan amalul qalbi dalam diri seorang hamba. Sebaliknya, ucapan lisan yang baik dan amalan anggota badan yang baik juga berpengaruh besar dalam mengkokohkan qaulul qalbi dan amalul qalbi. Jadi, masing-masing saling mempengaruhi satu samalain. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:

"Ingatlah!! Sesungguhnya dalam jasad itu ada sekerat daging, jika baik, naiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa sekerat daging itu adalah hati." (HR.Bukhari)

Meraih Limpahan Pahala di Bulan Dzulhijah

Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta'ala masih memberikan kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa dengan bulan Dzulhijah. Keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijah san apa saja amalan yang dianjurkan.

Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijah

Diantara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadist Ibnu Ibbas, Rasullullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi Menjawab:"tidak pula jihad di jalan Allah kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." Makna ayat ini, ada empat tafsiran dari para Ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, sepuluh hari terakhir bulan RAmadhan, sepukuh hari pertama bulan Ramadhan dan sepuluh hari pertama bulan Muharam. Malam (lail) kadangjuga digunakan untuk menyebut hari(yaum), sehingga ayat tsb bisa dimaknakan sepuluh hari Dzulhijah. Ibnu Rajab Al hambali mengatakan bahwa tafsiran yang mnyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu Abbas.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,"Hadist ini menunjukkan bahwa amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh allah daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika dikatakan bahwa amalan di hari-hari tsb lebih dicintai oleh Allah, itu menunjukan bahwa beramal di waktu itu adalah sangat utama di sisinya. " Bahkan jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di hari-hari tsb, maka bisa jadi lebih utama daripada seseorang melakukan amalan yang utama selain sepuluh hari awal bulan Dzulhijah. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ditanya,"Tidak pula jihad dijalan allah?" Beliau pun menjawab," Tidak pula jihad dijalan allah." lalu beliau memberikan pengecualian yaitu jihad dengan mengorbankan jiwa raga. Padahal jihad sudah kita ketahui bahwa ia adalah amalan yang mulia dan utama. Namun amalan yang dilakukan di awal bulan Dzulhijah tidak kalah dibandingkan jihad, walaupun amalan tsb adalah amalan mafdhul (yang kurang utama) dibandingkan jihad.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakn, "Hal ini menunjukan bahwa amalan mafdhul (yang kurang utama) jika dilakukan di waktu afdhol (utama) untuk beramal, maka itu akan menyaingi amalan afdhol(amalan utama) di waktu lainnya. Amalan yang dilakukan di waktu afdhol untuk beramal akan memiliki pahala berlebih karena pahalanya yang akan dilipatgandakan." Sebagian ulama mengatakan bahwa pada setiap hari di awal Dzulhijah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat Fadho'i yang lemah(dho'if). Namun hal ini tetap menunjukan keutamaan beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadist shohih seperti hadist Ibnu 'Abbas yang disebutkan diatas.

Amalan yang dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijah

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku amalan apasaja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tsb bisa aholat, sedekah, membaca Al quran, dan amalan sholih lainnya. Diantara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi mengatakan, "Rasullullah biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari 'Asyura' (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya. Diantara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tsb. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas Ulama. Namun ada sebuah riwayat dari 'Aisyah yang menyebutkan, "Aku tidak pernah melihat Rasullullah berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali." Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan. Ibnu Hajjar Al Asqolani mengatakan bahwa nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu padahal beliau suka melakukannya karena khawatir umatnya mengganggap puasa tsb wajib.