Sabtu, 02 Januari 2010

Meraih Limpahan Pahala di Bulan Dzulhijah

Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta'ala masih memberikan kita berbagai macam nikmat, kita pun diberi anugerah akan berjumpa dengan bulan Dzulhijah. Keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijah san apa saja amalan yang dianjurkan.

Keutamaan Sepuluh Hari di Awal Bulan Dzulhijah

Diantara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadist Ibnu Ibbas, Rasullullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijah)." Para sahabat bertanya: "Tidak pula jihad di jalan Allah?" Nabi Menjawab:"tidak pula jihad di jalan Allah kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun." Makna ayat ini, ada empat tafsiran dari para Ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah, sepuluh hari terakhir bulan RAmadhan, sepukuh hari pertama bulan Ramadhan dan sepuluh hari pertama bulan Muharam. Malam (lail) kadangjuga digunakan untuk menyebut hari(yaum), sehingga ayat tsb bisa dimaknakan sepuluh hari Dzulhijah. Ibnu Rajab Al hambali mengatakan bahwa tafsiran yang mnyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka, juga menjadi pendapat Ibnu Abbas.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,"Hadist ini menunjukkan bahwa amalan di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah lebih dicintai oleh allah daripada hari-hari lainnya dan di sini tidak ada pengecualian. Jika dikatakan bahwa amalan di hari-hari tsb lebih dicintai oleh Allah, itu menunjukan bahwa beramal di waktu itu adalah sangat utama di sisinya. " Bahkan jika seseorang melakukan amalan yang mafdhul (kurang utama) di hari-hari tsb, maka bisa jadi lebih utama daripada seseorang melakukan amalan yang utama selain sepuluh hari awal bulan Dzulhijah. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika ditanya,"Tidak pula jihad dijalan allah?" Beliau pun menjawab," Tidak pula jihad dijalan allah." lalu beliau memberikan pengecualian yaitu jihad dengan mengorbankan jiwa raga. Padahal jihad sudah kita ketahui bahwa ia adalah amalan yang mulia dan utama. Namun amalan yang dilakukan di awal bulan Dzulhijah tidak kalah dibandingkan jihad, walaupun amalan tsb adalah amalan mafdhul (yang kurang utama) dibandingkan jihad.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakn, "Hal ini menunjukan bahwa amalan mafdhul (yang kurang utama) jika dilakukan di waktu afdhol (utama) untuk beramal, maka itu akan menyaingi amalan afdhol(amalan utama) di waktu lainnya. Amalan yang dilakukan di waktu afdhol untuk beramal akan memiliki pahala berlebih karena pahalanya yang akan dilipatgandakan." Sebagian ulama mengatakan bahwa pada setiap hari di awal Dzulhijah sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada riwayat Fadho'i yang lemah(dho'if). Namun hal ini tetap menunjukan keutamaan beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadist shohih seperti hadist Ibnu 'Abbas yang disebutkan diatas.

Amalan yang dianjurkan di Sepuluh Hari Pertama Awal Dzulhijah

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku amalan apasaja, tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tsb bisa aholat, sedekah, membaca Al quran, dan amalan sholih lainnya. Diantara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa. Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi mengatakan, "Rasullullah biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari 'Asyura' (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya. Diantara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tsb. Inilah yang menjadi pendapat mayoritas Ulama. Namun ada sebuah riwayat dari 'Aisyah yang menyebutkan, "Aku tidak pernah melihat Rasullullah berpuasa pada sepuluh hari bulan Dzulhijah sama sekali." Mengenai riwayat ini, para ulama memiliki beberapa penjelasan. Ibnu Hajjar Al Asqolani mengatakan bahwa nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan puasa ketika itu padahal beliau suka melakukannya karena khawatir umatnya mengganggap puasa tsb wajib.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar